1.
Rapat
Pengurus
Pasal 21
1)
Rapat Pengurus dapat
diadakan setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan tertulis dari seorang
atau lebih Pengurus, Pengawas atau Pembina.
2)
Panggilan Rapat
Pengurus dilakukan oleh Pengurus yang berhak mewakili Pengurus.
3)
Panggilan Rapat
Pengurus disampaikan kepada setiap anggota Pengurus secara langsung, atau
melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 hari sebelum rapat
diadakan dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
4)
Panggilan rapat
Pengurus itu harus mencantumkan hari, tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
5)
Rapat Pengurus diadakan
ditempat kedudukan Yayasan atau ditempat kegiatan Yayasan.
6)
Rapat Pengurus dapat
diadakan ditempat lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia dengan
persetujuan Pembina.
Pasal 22
1)
Rapat Pengurus dipimpin
oleh Ketua Umum.
2)
Dalam hal Ketua Umum
tidak hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengurus akan dipimpin oleh seorang
anggota Pengurus yang dipilih oleh dan dari mereka yang dihadiri.
3)
Satu orang Pengurus
hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Pengurus berdasarkan
surat kuasa.
4)
Rapat Pengurus sah dan
berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a. Dihadiri
paling sedikit 2/3 dari jumlah Pengurus.
b. Dalam
hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 huruf a tidak tercapai, maka dapat
diadakan pemanggilan Rapat Pengurus kedua.
c. Pemanggilan
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 4 huruf b, harus dilakukan paling lambat 7
hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat.
d. Rapat
Pengurus kedua diselenggarakan paling cepat 10 hari dan paling lambat 21 hari
terhitung sejak Rapat Pengurus pertama.
e. Rapat
Pengurus kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila
dihadiri lebih dari ½ jumlah Pengurus.
Pasal 23
1)
Keputusan Rapat
Pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2)
Dalam hal keputusan
secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan
pemungutan suara berdasarkan suara setuju lebih dari ½ jumlah suara yang sah.
3)
Dalam hal suara setuju
dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
4)
Pemungutan suara
mengenai diri orang dilakukan dengan surat tertutup tanpa tanda tangan,
sedangkan pemungutan suara mengenai hal lain dilakukan secara terbuka dan
ditanda – tangani, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan
dari yang hadir.
5)
Suara yang abstain dan
suara yang tidak sah dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
6)
Setiap Rapat Pengurus
dibuat Berita Acara Rapat yang ditanda – tangani oleh Ketua Rapat dan satu
anggota Pengurus lainnya.
7)
Penandatanganan yang
dimaksud dalam ayat 6 tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat
dengan akta notaris.
8)
Pengurus dapat pula
mengambil keputusan yang sah dan mengikat tanpa mengadakan Rapat Pengurus,
dengan ketentuan semua anggota Pengurus telah diberitahu dan semua anggota
Pengurus memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis
serta menanda – tangani persetujuan tersebut.
9)
Keputusan yang diambil
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 8, mempunyai kekuatan yang sama dengan
keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengurus.
2.
Pengawas
Pasal 24
1)
Pengawas adalah organ
Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada Pengurus
dalam menjalankan kegiatan Yayasan.
2)
Pengawas terdiri dari
satu orang atau lebih anggota Pengawas.
3)
Dalam hal diangkat
lebih dari satu orang Pengawas, maka satu orang diantaranya dapat diangkat
sebagai Ketua Pengawas.
Pasal 25
1)
Yang dapat diangkat
sebagai anggota Pengawas adalah orang perseorangan yang mampu melakukan
perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan
Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, Masyarakat atau Negara
berdasarkan putusan Pengadilan dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak
tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
2)
Pengawas diangkat oleh
Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diangkat
kembali.
3)
Dalam hal jabatan
Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak terjadinya
kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan Rapat, untuk mengisi kekosongan itu.
4)
Dalam hal semua jabatan
Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak terjadinya
kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan rapat mengangkat Pengawas
baru dan untuk sementara Yayasan diurus oleh Pengurus.
5)
Pengawas berhak
mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis
mengenai maksud dan tujuan tersebut kepada Yayasan paling lambat 30 hari
sebelum tanggal pengunduran dirinya.
6)
Dalam hal terdapat
pergantian Pengawas Yayasan, maka dalam jangka waktu paling lambat 30 hari
sejak tanggal dilakukan penggantian Pengawas Yayasan, Pengurus wajib
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Mentri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dan Instansi terkait.
7)
Pengawas tidak dapat
merangkap sebagai Pembina, Pengurus atau Pelaksana Kegiatan.
Pasal 26
Jabatan Pengawas berakhir apabila :
1)
Meninggal dunia.
2)
Mengundurkan diri.
3)
Bersalah melakukan
tindakan pidana berdasarkan putusan Pengadilan yang diancam dengan hukuman
penjara 5 tahun.
4)
Diberhentikan
berdasarkan keputusan Rapat Pembina.
5)
Masa jabatan berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar