Jumat, 09 Agustus 2013



1.      Rapat Pengurus
Pasal 21
1)      Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih Pengurus, Pengawas atau Pembina.
2)      Panggilan Rapat Pengurus dilakukan oleh Pengurus yang berhak mewakili Pengurus.
3)      Panggilan Rapat Pengurus disampaikan kepada setiap anggota Pengurus secara langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 hari sebelum rapat diadakan dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
4)      Panggilan rapat Pengurus itu harus mencantumkan hari, tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
5)      Rapat Pengurus diadakan ditempat kedudukan Yayasan atau ditempat kegiatan Yayasan.
6)      Rapat Pengurus dapat diadakan ditempat lain dalam wilayah hukum Republik Indonesia dengan persetujuan Pembina.
Pasal 22
1)      Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum.
2)      Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan, maka Rapat Pengurus akan dipimpin oleh seorang anggota Pengurus yang dipilih oleh dan dari mereka yang dihadiri.
3)      Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat Pengurus berdasarkan surat kuasa.
4)      Rapat Pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a.       Dihadiri paling sedikit 2/3 dari jumlah Pengurus.
b.      Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengurus kedua.
c.       Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 4 huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
d.      Rapat Pengurus kedua diselenggarakan paling cepat 10 hari dan paling lambat 21 hari terhitung sejak Rapat Pengurus pertama.
e.       Rapat Pengurus kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari ½ jumlah Pengurus.
Pasal 23
1)      Keputusan Rapat Pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2)      Dalam hal keputusan secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju lebih dari ½ jumlah suara yang sah.
3)      Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
4)      Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal lain dilakukan secara terbuka dan ditanda – tangani, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
5)      Suara yang abstain dan suara yang tidak sah dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
6)      Setiap Rapat Pengurus dibuat Berita Acara Rapat yang ditanda – tangani oleh Ketua Rapat dan satu anggota Pengurus lainnya.
7)      Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat 6 tidak disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan akta notaris.
8)      Pengurus dapat pula mengambil keputusan yang sah dan mengikat tanpa mengadakan Rapat Pengurus, dengan ketentuan semua anggota Pengurus telah diberitahu dan semua anggota Pengurus memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta menanda – tangani persetujuan tersebut.
9)      Keputusan yang diambil sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 8, mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Rapat Pengurus.

2.      Pengawas
Pasal 24
1)      Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.
2)      Pengawas terdiri dari satu orang atau lebih anggota Pengawas.
3)      Dalam hal diangkat lebih dari satu orang Pengawas, maka satu orang diantaranya dapat diangkat sebagai Ketua Pengawas.
Pasal 25
1)      Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengawas adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, Masyarakat atau Negara berdasarkan putusan Pengadilan dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
2)      Pengawas diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diangkat kembali.
3)      Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak terjadinya kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan Rapat, untuk mengisi kekosongan itu.
4)      Dalam hal semua jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan rapat mengangkat Pengawas baru dan untuk sementara Yayasan diurus oleh Pengurus.
5)      Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksud dan tujuan tersebut kepada Yayasan paling lambat 30 hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.
6)      Dalam hal terdapat pergantian Pengawas Yayasan, maka dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sejak tanggal dilakukan penggantian Pengawas Yayasan, Pengurus wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Instansi terkait.
7)      Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengurus atau Pelaksana Kegiatan.
Pasal 26
Jabatan Pengawas berakhir apabila :
1)      Meninggal dunia.
2)      Mengundurkan diri.
3)      Bersalah melakukan tindakan pidana berdasarkan putusan Pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara 5 tahun.
4)      Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina.
5)      Masa jabatan berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar